Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (20/12) ditutup di level 6.109,48 dengan kapitalisasi pasar Rp 6.777,02 triliun. Di posisi tiga teratas daftar saham berkapitalisasi pasar besar, tercatat saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Sementara, dalam top 10 saham berkapitalisasi pasar terbesar di bursa, empat diantaranya adalah saham perbankan (BBCA, BBRI, BMRI, BBNI). Sedangkan tiga lainnya adalah saham consumer (HMSP, GGRM, UNVR). Tiga sisanya masing-masing diduduki saham infrastruktur (TLKM), alat berat (UNTR), dan aneka industri otomotif (ASII).
Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat bilang, sektor perbankan menjadi primadona lantaran kinerjanya yang terbilang bagus di tahun ini. Volatilitas saham-saham perbankan meningkat seiring fundamental perusahaan yang kian menguat.
Dari empat saham bank yang masuk top 10 kapitalisasi pasar terbesar, menurut Kevin, PT Bank Negara Indoensia Tbk (BBNI) memberikan return paling menarik. Sementara, dari sisi kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) terendah diraih oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Dua saham perbankan lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), menurut Kevin, kapitalisasi pasarnya juga terdorong aksi korporasi. Seperti diketahui, belum lama ini BBRI dan BMRI melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split. “Ini memengaruhi psikologis pelaku pasar yang dananya tak terlalu besar untuk masuk ke dua saham ini,” tutur Kevin.
Sebelumnya, pada pertengahan tahun, HMSP yang kini menempati urutan teratas saham berkapitalisasi besar, juga melakukan aksi stock split dengan rasio 1:25. “HMSP memang jadi salah satu penggerak IHSG, dan dia juga salah satu saham yang berpotensi jadi tujuan window dressing,” jelas Kevin.
Lanjut Kevin, selain HMSP, saham lainnya yang berpotensi mengalami window dressing, yaitu BBCA, BBRI, TLKM, dan UNVR.
Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra bilang, selain faktor fundamental, aksi korporasi, dan window dressing, prospek saham juga menentukan kapitalisasi yang dimiliki. “2017 akan selesai, investor akan melihat 2018 seperti apa. Dari beberapa indikator dan proyeksi mikro dan makro, kondisi dua sektor (perbankan dan consuer goods) tersebut bagus,” papar Aditya.
Ia mencontohkan, dengan target pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,4%, tentunya konsumsi akan meningkat dan berimbas pada saham defensif seperti sektor consumer goods. Beberapa saham lain di luar sektor tersebut juga turut diuntungkan, misalnya ASII dan TLKM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar